Salah satu faktor kebangkitan performa Francesco Bagnaia adalah mempelajari data Jorge Lorenzo dalam latihan di sela-sela antara akhir pekan balap.
Misano, NontonMotoGP — Pembalap pabrikan Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia baru-baru ini telah berhasil meraih dua kemenangan pertamanya di kelas MotoGP.
Dia melakukannya dengan sangat baik di Aragon dan Misano secara beruntun.
Hasil ini sangat positif, karena memberinya dorongan ekstra dan menambah kepercayaan diri, datang di waktu yang tepat untuk mengejar pemuncak klasemen sementara, Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha).
Dengan empat balapan tersisa yang dipisahkan oleh 48 poin di belakang rider Prancis itu, tentu menjadi tugas berat bagi Bagnaia, tapi dengan dua kemenangan MotoGP berturut-turut, Bagnaia adalah harapan terbaik saat ini untuk menjadi penantang El Diablo.
Rekan sepabrikanya, Johann Zarco, sempat menganalisis bahwa pembalap muda Italia itu sangat kuat terutama dalam hal pengereman.
“Saya bekerja keras untuk itu karena di tahun pertama saya di MotoGP, saya mengalami banyak masalah dalam fase pengereman,” kenang Bagnaia, sebagaimana dimuat Speedweek.
“Menjelang akhir musim 2019, saya mulai melihat ke area ini secara khusus. Tahun 2020 saya maju selangkah,” sambung juara dunia Moto2 musim 2018 itu.
Murid VR46 Riders Academy itu juga memanfaatkan waktu libur antara balapan dengan mempelajari banyak hal, termasuk data pendahulunya di Ducati, Jorge Lorenzo.
“Saya juga banyak berlatih dengan motor jalanan untuk meningkatkan penanganan ban depan. Satu hal bagus tentang Panigale kami adalah, dalam hal gaya balap dan ban, perilaku bagian depan mendekati motor MotoGP.
Karena kami mengambil ban endurance dari Michelin dan konstruksinya mirip. Jadi saya banyak bekerja dengan ban dan motor – dan dengan data Lorenzo,” terang Bagnaia.
Fase terakhir pada rem sangat penting dan ini menjadi salah satu kekutan Bagnaia.
“Saya mengerem dengan keras dan sekuat mungkin, tapi saya pikir saya membuat perbedaan lebih banyak saat memasuki tikungan,” serunya.
Sementara itu, salah satu petinggi Ducati, Davide Tardozzi, sangat memuji pembalapnya itu, mengatakan bahwa Bagania punya ciri khas tersediri.
“Pecco adalah Pecco, ia berjalan dengan caranya sendiri,” seru Tordozzi dalam sebuah wawancara dengan Sky Sport Italia.
“Kami menempatkan gambar di beberapa titik di sepanjang lintasan dan melihat Lorenzo dari 2018 lagi.
Jika helm dan corak baju balap tidak berbeda, maka tidak akan ada perbedaan (visual dan gaya antara Bagnaia dan Lorenzo). Mereka mirip dalam hal gaya balap dan posisi mereka di atas motor,” sambung pria yang menjabat Manajer tim Ducati itu.
Lorenzo setuju dengan penilaian itu, walau secara fisik ukuran mereka berbeda, tapi gaya dan kekuatan mereka cukup persis.
“Bagnaia lebih besar dari saya, tapi saya setuju. Ada dua pembalap yang punya gaya balap saya, yakni Quartararo dan lain Bagnaia.
Baca: Pengamat Jelaskan Alasan Ducati Turunkan Pembalap Satu RT MotoGP 2022
Keduanya duduk di atas motor yang saya kendarai selama beberapa tahun terakhir,” demikian Lorenzo. (DN/eV)