Marquez Mau Aturan Aerodinamika Diterapkan Secepatnya

Marquez Terapkan Pendekatan Low Profile di Kandang jpg

Marquez Mau Aturan Aerodinamika Diterapkan Secepatnya

Aerodinamika telah mendapatkan peran yang sangat relevan di MotoGP. Performa sayap yang mengesankan dan meningkatkan cengkeraman motor ke tanah diperlukan agar menonjol dan menang di kejuaraan.

Tetapi, beberapa pembalap juga menunjukkan efek negatif, seperti peningkatan suhu ban depan atau reaksi mesin saat berduel. Ketika berada di belakang pesaingnya, perilaku motor bisa menjadi sangat sulit untuk diprediksi sehingga merepotkan dalam manuver menyalip.

Secara alami, Honda mencoba mengikuti filosofi ini untuk keluar dari krisis. Beberapa sayap besar muncul di RC213V di MotoGP Inggris, yang mengingatkan pada perangkat milik Ducati dan KTM, tetapi Marc Marquez lebih memilih untuk mundur selangkah.

Seringkali bertentangan dengan perkembangan teknologi dalam beberapa tahun terakhir, juara dunia delapan kali ini menunggu reaksi dari para pemimpin MotoGP sebelum regulasi berikutnya, yang dijadwalkan untuk musim 2027, mulai berlaku.

“Saya sudah mengatakannya dua, tiga atau empat tahun lalu. Tapi ada orang yang menentang aerodinamika, dan yang lainnya mendukung. Kalau Anda mengatakan sesuatu, mereka memberitahu Anda bahwa Anda tidak dapat beradaptasi dengan aerodinamika ini,” keluh Marquez.

“Pada akhirnya Anda bisa melakukannya, tetapi di Kejuaraan Dunia saat ini, Anda lebih bergantung pada motor yang Anda miliki.

“Jika Anda tidak memiliki aerodinamika, kalau Anda tidak memiliki daya cengkeram… Ada banyak hal di sisi teknis dan Anda sangat bergantung padanya. Makin sulit untuk menyerang dan menyalip lawan.

“Ini terlihat seperti Formula 1. F1 (sekarang) bergerak ke arah yang berlawanan, dengan beban yang lebih sedikit. Kami melakukan hal yang sebaliknya, makin lama makin besar. Tampaknya, hal itu akan berubah pada 2027, tapi sudah terlambat. Tiga tahun seperti itu!”

Pol Espargaro juga mendukung perubahan peraturan secepatnya, tetapi ia sadar bahwa akan sulit untuk menemukan suara bulat yang diperlukan di antara berbagai pihak yang terlibat dalam kelas utama.

“Masalahnya selalu sama. Kami pergi ke MSMA (asosiasi pabrikan), kami meminta mereka untuk menghapus sayap dan harus ada kesepakatan yang bulat (agar bisa dilanjutkan),” ucap pembalap Tech3 itu.

Merek-merek yang lebih maju secara aerodinamis cenderung menolak untuk melepaskan keuntungan ini, bahkan jika argumen keselamatan ikut berperan.

“Anda berhadapan dengan merek-merek tersebut. Dan kemudian menjadi rumit, karena mereka mencurahkan banyak tenaga dan uang untuk olahraga ini. Jadi kami juga menghukum kekuatan teknologi pabrikan lain atau kesuksesan mereka, dan menurut saya itu tidak adil,” imbuh Polyccio.

“Ya, kami menghadapi masalah yang berbeda saat kami berkendara, tetapi para pembalap juga harus menemukan solusi di motor untuk mengubah lintasan atau memperbaiki situasi.”

Aerodinamika memaksa para pembalap untuk beradaptasi dalam beberapa tahun terakhir. Semakin banyak pembalap di depannya, makin sulit bagi adik Aleix Espargaro untuk mengendalikan motornya karena udara kotor yang dihasilkan oleh motor lain.

“Itulah salah satu hal yang saya rasakan di Silverstone,” katanya. “Saya cukup tertinggal di belakang grup dan pada chicane cepat pertama, di sektor pertama, saya kesulitan membelokkan motor. Ada banyak turbulensi yang disebabkan oleh sayap dan saya harus mengatakan itu cukup berbahaya.

“Ketika Anda memimpin balapan atau berada di posisi lima besar atau enam besar, Anda tidak terlalu merasakannya. Jika Anda berada di belakang, turbulensi yang Anda rasakan tidak bisa dipercaya.” 

Fenomena ini tampaknya menjadi penyebab Marco Bezzecchi mengalami kecelakaan di MotoGP Inggris, setelah ‘terseret’ oleh Francesco Bagnaia yang berada di depannya. Marc Marquez telah merasakan bagaimana fenomena ini makin parah dalam beberapa tahun terakhir.

“Saya telah mengendarai motor ini dengan dan tanpa sayap, dan memang benar bahwa motor ini jauh lebih kritis dengan sayap. Tapi itulah MotoGP dan Anda harus beradaptasi. Sebelumnya, (motor) juga bergetar, tapi tidak terlalu parah,” Marquez menerangkan.

Mantan rekan setimnya mengalami fenomena hisapan yang sama, yang memaksanya untuk melakukan pendekatan yang berbeda saat berduel di lintasan, baik untuk menyerang maupun bertahan.

“Biasanya terjadi saat Anda mengerem,” kata Espargaro. “Itu terjadi pada saya tahun lalu di Qatar, ketika Bastianini menyalip saya dan berhasil lolos. Itu seperti seseorang mendorong Anda dari belakang, Anda berhenti mengerem dan melaju jauh.

“Itulah mengapa di MotoGP, terutama hari ini, penting bagi Anda untuk menyalip dan mengerem ke samping. Anda harus memberikan ruang kosong untuk orang di belakang Anda. Karena tampaknya, jika Anda memblokir lintasan, tentu saja mereka tidak akan menyalip Anda, tetapi ketika Anda menjauh dari saingan Anda, dia melihat kecepatannya meningkat dengan cepat.

“Jadi, dia bisa menyalip dari belakang. Saya pikir ini adalah kesepakatan yang sopan (untuk dilakukan) karena jika Anda memotong pembalap yang Anda lewati, dia mungkin akan menabrak Anda. Jadi sekarang, dengan aerodinamika, penting untuk selalu mendapatkan udara yang bersih.

“Ini adalah masalah teknologi. Faktanya, itu adalah salah satu hal yang saya keluhkan beberapa tahun yang lalu, ketika Ducati mulai menggunakan sayap ini dan Anda mulai melihat turbulensi ini.

“Saya berasal dari masa ketika tidak ada sayap. Tidak ada sayap di Yamaha di masa lalu, jadi saya mulai merasakan turbulensi dan berpikir bahwa itu agak aneh dan berbahaya. Sudah lebih jauh lagi… tapi sulit untuk menghentikan evolusi teknologi. Hal-hal ini terjadi, dan akan ada hal lain yang Kami tidak menunggu, tapi kami harus beradaptasi dengan mereka,” tambah pembalap #44.

Menurut Marc Marquez, adaptasi yang dibutuhkan pembalap dalam pertarungan di lintasan tidak sama tergantung pada motornya.

“Jika Anda mengendarai motor, Anda bisa menyalip dengan satu cara. Kalau Anda mengendarai motor lain, Anda harus melintas di tempat yang tidak Anda duga sebelumnya.Anda harus menemukan cara,” komentar pilot nomor 93.

Pol Espargaro, Tech3 GASGAS Factory Racing, mencoba menyalip Franco Morbidelli

Foto oleh: GasGas Factory Racing

Iker Lecuona, pengganti Alex Rins karena cedera, hanya membalap di MotoGP dengan sayap. Sejak 2022, dia telah mengikuti World Superbike, di mana motornya lebih sederhana dan menawarkan lebih banyak kebebasan berkendara.

Pembalap asal Valencia itu percaya bahwa dominasi aerodinamika justru merugikan dalam menikmati motor.

“Bagi saya hari ini, MotoGP itu menyenangkan, tetapi pada saat yang sama juga membosankan, karena dengan begitu banyak aerodinamika, ada lebih banyak batasan. Sebelumnya, bahkan pada 2021, ketika saya sudah berada di sana dan aerodinamika lebih sedikit, itu lebih menyenangkan karena motor saya lebih banyak bergerak.

“Sekarang, jika Anda melihat motornya, mereka terlihat seperti kereta. Perbedaannya di WSBK adalah Anda bisa banyak bermain dengan mereka, jadi ini sangat menyenangkan dibandingkan dengan MotoGP,” ia berkomentar.

By VR46 Fans

Pecinta MotoGP yang berharap Valentino Rossi kembali muda dan berharap melihat Rossi kembali meraih juara dunia lagi.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version