Pada tahun 2004, Aleix Espargaro memulai debutnya di kelas 125 cc sebagai pembalap tamu Racc Caja Madrid di Valencia. Performanya yang menarik perhatian membuatnya mendapatkan tawaran kontrak permanen dari Seedorf RC3-Tiempo Holidays untuk musim berikutnya. Sejak saat itu, Espargaro menjadi bagian tetap dari kejuaraan dunia balap motor.
Setelah mengalami naik turun di MotoGP bersama Pramac Racing antara 2009-2010, Espargaro kemudian turun ke kelas Moto2 pada tahun 2011 dengan Pons HP40. Ia dikenal sebagai “orang jahat” dari Espargaro bersaudara, dan kontrak stabil pertamanya datang pada musim 2015 ketika ia bergabung dengan tim Suzuki selama dua musim. Pada usia 26 tahun, ini adalah kali pertamanya ia bekerja sebagai pembalap pabrikan.
Namun, kesempatan besar bagi Espargaro datang pada musim 2017 ketika tim Aprilia membuat comeback di MotoGP setelah bertahun-tahun absen. Tanpa proyek yang solid, tanpa uang, dan tanpa ekspektasi yang tinggi, tidak heran jika banyak orang meragukannya. Tetapi sebagai acuan dalam proyek tersebut, Espargaro berhasil menunjukkan kemampuannya setelah tujuh tahun kemudian. Ia menjadi pembalap tertua dan paling dihormati di grid belakangan ini, dengan meraih podium dan kemenangan yang terlambat.
Salah satu kemenangan terbesarnya datang di MotoGP Catalunya, yang merupakan salah satu balapan tersulit dalam kalender musim ini. Meskipun mengalami kecelakaan karambol setelah start, Espargaro berhasil mengatasi berbagai kesulitan dan mendapatkan bantuan keberuntungan. Setelah lomba dihentikan akibat bendera merah, ia harus mengejar ketertinggalan dari rekannya sendiri, Maverick Vinales. Dengan angin kencang dan kesulitan melewati tikungan, Espargaro harus bertaruh banyak dalam balapan. Namun, dengan melepas kontrol traksi dan mengemudi seperti sedang memburu waktu, ia berhasil meraih kemenangan yang mengesankan.
Espargaro menyesali performa kurang maksimalnya dalam kualifikasi, karena ia menyadari bahwa semakin mudah baginya jika memulai balapan dari posisi terdepan. Namun, ia tetap merasa bangga dengan kemenangannya dan bersyukur telah melewati semua kesulitan dalam balapan. Ia berpikir bahwa balapan di MotoGP Catalunya merupakan pertaruhannya, di mana ia hanya bisa menang atau jatuh.
Setelah 228 balapan Grand Prix dalam karier profesionalnya, Espargaro meraih kemenangan pertamanya tahun lalu di Argentina. Musim ini, ia telah menang dua kali, di Silverstone dan Catalunya, dalam kurun waktu kurang dari sebulan. Momen ini dianggap sebagai yang terindah dalam hidupnya. Ia melihat kedua anaknya memberikan trofi juara di rumahnya sendiri, dan rasanya sungguh luar biasa. Selain itu, secara profesional, ia telah menjadi salah satu pembalap terpenting dalam sejarah tim Aprilia.
Espargaro mengatakan bahwa ceritanya bersama Aprilia adalah hal yang sangat menyenangkan. Ia menyadari betapa cepatnya perkembangan tim dan betapa besar pekerjaan yang telah dilakukan oleh pabrik Aprilia. Awalnya, pada tahun 2017, menjadi sulit bagi Espargaro untuk berada di tim ini. Banyak kecelakaan dan cedera yang dialaminya, serta banyak hari kelabu karena masalah motor. Namun, ia sangat bangga dengan semua perkembangan dan pencapaian yang telah mereka raih bersama-sama.
Setelah balapan selesai, Espargaro mengajukan untuk bertukar motornya dengan Maverick Vinales, yang finis di urutan kedua. Hal ini sangat jarang terjadi, namun dilakukan sebagai penghormatan kepada Aprilia, pabrik, Maverick, dan dirinya sendiri atas apa yang telah mereka capai bersama. Meskipun banyak orang meragukannya, Espargaro memiliki keyakinan yang kuat pada dirinya sendiri. Ia percaya bahwa kedatangan Vinales di timnya akan membuatnya menjadi lebih baik. Dengan dua kemenangan tahun ini dan hampir meraih gelar musim lalu, ia bisa merasa bangga dengan apa yang telah mereka capai bersama-sama.