Bus raksasa yang dapat menampung hingga 1.400 penumpang menjadi ide ‘gila’ yang pernah diutarakan oleh seorang pengusaha asal China. Meskipun bus listrik raksasa ini telah diuji jalan, sayangnya tidak jadi diproduksi. Transit Elevated Bus (TEB) memiliki desain mirip huruf ‘n’ dengan dua kaki penyangga di sisi kanan dan kiri, serta ruang kosong di bagian tengahnya untuk lalu lintas kendaraan. Diklaim memiliki ketinggian sekitar 9 kaki dari permukaan tanah, bus ini memungkinkan mobil lain untuk melintas di bawahnya tanpa harus mengalah.
Tidak jauh berbeda dengan bus konvensional, Transit Elevated Bus (TEB) dilengkapi dengan lampu depan dan belakang untuk memberi tahu kendaraan lain bahwa bus akan berhenti. Dengan panjang bodi 21 meter dan lebar 7 meter, bus ini mampu mengangkut hingga 1.400 penumpang. Song Youzhou, Kepala Teknisi Proyek TEB, mengatakan bahwa bus ini dirancang untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang parah di kota-kota besar di China, seperti Shanghai dan Beijing.
Menurut Song Youzhou, keuntungan utama dari Transit Elevated Bus adalah penghematan ruang jalan yang signifikan. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan kemacetan lalu lintas dapat berkurang. Meskipun sempat diuji coba di Provinsi Hebei dengan kecepatan maksimum hingga 60 km/jam, tidak semua pihak menyambut positif inovasi ini. Shen Gang, pakar transportasi perkotaan dari Universitas Tongji Shanghai, menilai TEB sebagai solusi yang terlalu ekstrem dan berpotensi mengganggu lalu lintas.
Shen Gang berpendapat bahwa bus yang ditinggikan seperti TEB dapat membuat kemacetan semakin parah dan menjadi hambatan bagi lalu lintas. Namun, meskipun terdapat pro dan kontra terkait keberhasilan transportasi umum ini, TEB kini terbengkalai di parkiran kota Qinhuangdao, China bagian utara. Proyek ini dihentikan pada tahun 2017 karena terkait dengan dugaan penggalangan dana ilegal oleh 32 pengembangnya.
Dengan segala pro dan kontra yang ada, patut dipertanyakan apakah konsep bus raksasa seperti TEB ini akan efektif jika diterapkan di kota-kota besar di Indonesia. Dengan kondisi lalu lintas yang semakin padat, apakah solusi seperti TEB dapat menjadi jawaban untuk mengurangi kemacetan dan memberikan alternatif transportasi umum yang lebih efisien? Semua itu perlu dipertimbangkan dengan matang sebelum mengambil langkah lebih lanjut dalam pengembangan transportasi umum di Indonesia.