**Pajero vs Avanza di Gerbang Tol Binjai: Kesalahpahaman yang Menjadi Sorotan**
Insiden antara pengemudi Pajero Sport dan Avanza di gerbang tol Binjai membuat banyak orang penasaran. Bagaimana tidak, pengemudi Pajero yang diketahui bertingkah arogan dengan menabrak Avanza adalah seorang oknum polisi dari Polda Sumut! Kasus ini membuktikan bahwa tak terkecuali aparat hukum pun bisa terlibat dalam kasus kecelakaan lalu lintas.
Mengutip dari keterangan Kasubbid Penmas Polda Sumut AKBP Sonny W. Siregar, insiden ini bermula dari sebuah kesalahpahaman yang terjadi di gerbang tol Binjai. Seorang pengemudi Avanza kehabisan saldo e-Toll ketika hendak keluar tol, sehingga mobilnya tertahan di gerbang tol dan menyebabkan antrean. Mobil tersebut dikendarai oleh SS bersama istri dan anaknya.
Ketika istri pengemudi Avanza tersebut keluar untuk menambah saldo, tiba-tiba datanglah pengemudi Pajero yang sangat tidak sabar. Tanpa mengindahkan situasi yang tengah terjadi, mobil Pajero Sport menabrak Avanza dari belakang. AKP HS, sang pengemudi Pajero, diduga terlalu tergesa-gesa dan nekat melakukan aksi arogan tersebut.
SS, pengemudi Avanza, keluar dari mobilnya untuk menghadapi HS. Mereka terlibat dalam cekcok yang cukup memanas. Bahkan, HS sempat menunjukkan Kartu Tanda Anggota (KTA) polisi serta senjata api kepada SS dalam situasi yang semakin memanas. Kasus ini akhirnya ditangani oleh Bidpropam Polda Sumut dan kedua belah pihak sudah melakukan mediasi.
Menurut Sonny, insiden ini hanyalah sebuah kesalahpahaman antara kedua pengemudi. Pengemudi Avanza tidak mempersiapkan saldo e-Toll dengan baik, sehingga menyebabkan kemacetan di gerbang tol. Sedangkan pengemudi Pajero justru tidak sabar mengantre. Hal ini seharusnya dapat dihindari dan tidak perlu sampai terjadi cekcok di jalan raya.
Dalam pandangan Andry Berlianto, seorang praktisi keselamatan berkendara, pengemudi Pajero seharusnya lebih berempati terhadap pengemudi yang sedang mengalami kesulitan. Tidak perlu menunjukkan KTA polisi atau senjata api secara mengancam. Hal ini hanya akan memperburuk situasi dan menciptakan ketegangan yang tidak perlu.
Lebih lanjut, Andry menekankan pentingnya menurunkan ego dan arogansi saat berkendara. Tidak perlu menunjukkan kekuasaan atau jabatan tertentu di jalan raya. Mengutamakan keselamatan dan keramahan dalam berlalu lintas harus menjadi prioritas utama bagi setiap pengemudi.
Kasus ini menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa kesabaran dan empati sangatlah penting saat berkendara. Kita harus selalu mengutamakan keselamatan dan mengendalikan emosi saat menghadapi situasi yang tidak diinginkan di jalan raya. Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi di masa mendatang, dan mari kita selalu menjadi pengemudi yang bertanggung jawab dan peduli terhadap sesama pengguna jalan. Semoga keselamatan selalu menyertai kita semua.