Francesco Bagnaia, Si Pembalap Ducati yang Membuat Rekor Baru
Francesco Bagnaia, pembalap Ducati, berhasil menjadi yang tercepat dalam kedua sesi latihan Grand Prix Belanda. Prestasinya ini bahkan membuatnya mencatatkan rekor baru di sirkuit yang sangat spesial baginya. Dengan pencapaian gemilang ini, Bagnaia menorehkan tato baru di lengannya sebagai bentuk apresiasi atas kesuksesannya. Namun, keberhasilan yang diraih Bagnaia sejak Jumat pagi membuat banyak orang meragukan kemampuan para pesaingnya untuk mengalahkannya di akhir pekan ini.
Menyikapi pencapaian gemilangnya, Bagnaia mengungkapkan kepuasannya terhadap hasil kerja keras yang telah dilakukan sejak awal tahun. Ia merasa senang bisa tampil kompetitif dalam lima hari Jumat sebelumnya, namun menjadi yang pertama dalam FP1 sejak 2018 merupakan pencapaian yang luar biasa baginya. Meskipun demikian, Bagnaia mengakui bahwa strategi timnya untuk tidak melakukan time attack telah menjadi kunci keberhasilannya.
Selain itu, rekan setim Bagnaia, Enea Bastianini, juga merasa sangat percaya diri di beberapa bagian lintasan Belanda. Ia mengungkapkan bahwa ia mampu mengerem dengan sangat keras di bagian yang cepat, sehingga memberikannya kecepatan ekstra saat memasuki tikungan. Meskipun masih perlu sedikit perbaikan di bagian T1, Bastianini yakin bahwa mereka telah mengetahui apa yang harus diperbaiki. Di bagian lintasan lainnya, Bastianini merasa sangat konsisten dalam penampilannya.
Meskipun dari luar terlihat mudah, Bagnaia mengungkapkan bahwa lintasan Assen adalah lintasan yang sangat rumit dari segala sudut pandang. Tahun lalu, ia mengalami kesulitan pada hari Jumat karena masalah dengan stabilitas motor. Namun, kali ini mereka berhasil menemukan pengaturan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga Bagnaia bisa langsung merasakan perbedaannya. Stabilitas motor yang ditemukan sangat membantu Bagnaia untuk mendapatkan perasaan yang tepat saat melakukan push.
Untuk Sprint nanti, kemungkinan besar Bagnaia akan menggunakan ban soft, namun untuk balapan panjang masih terbuka. Bagnaia menjelaskan bahwa mereka memutuskan untuk melanjutkan dengan ban medium karena merasa nyaman. Ban soft memang memiliki daya cengkeram yang lebih baik dalam segala kondisi, namun mereka masih perlu melihat bagaimana perilakunya dalam balapan panjang. Bagnaia berharap bahwa Sprint akan membantu mereka untuk memahami ban mana yang lebih cocok digunakan.
Tak hanya soal performa di lintasan, berita terkait perpisahan Prima Pramac Racing dengan Ducati juga menjadi sorotan. Tim yang dipimpin oleh Paolo Campinoti ini dikabarkan akan bergabung dengan Yamaha, yang menawarkan dua motor resmi dan program jangka panjang selama tujuh tahun. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan tentang keseimbangan merek tanpa adanya tim yang mampu memenangi gelar juara dunia tim tahun lalu.
Bagnaia juga ditanyai mengenai kemungkinan Ducati mendapatkan Marc Marquez sebagai salah satu pembalapnya di musim depan. Meskipun bukan keputusannya, Bagnaia menyatakan bahwa kepergian tiga pembalap kuat seperti Jorge Martin, Marco Bezzecchi, dan Enea Bastianini merupakan kerugian bagi tim. Meski demikian, ia tidak yakin apakah kehadiran Marquez akan menjadi penentu dalam keputusan Ducati untuk mendatangkan pembalap baru.
Dengan pencapaian gemilangnya dan pandangan yang tajam terhadap perkembangan timnya, Francesco Bagnaia terus menunjukkan bahwa ia layak dijuluki sebagai salah satu pembalap terbaik di ajang MotoGP. Keberhasilannya di lintasan Belanda menjadi bukti nyata bahwa kerja keras dan ketekunan merupakan kunci utama dalam meraih kesuksesan di dunia balap motor.