Marc Márquez, pembalap MotoGP asal Spanyol, mengalami akhir pekan yang penuh dengan tantangan di sirkuit keberuntungannya. Semuanya mulai berbelok ke arah yang tidak diinginkan saat ia mengalami highside yang sangat keras selama sesi latihan pada hari Jumat. Pembalap nomor 93 ini harus bertahan dengan rasa sakit yang sangat parah selama sisa balapan. Kejadian jatuh tersebut menyebabkan Márquez mengalami cedera tulang rusuk yang cukup serius dan jari telunjuk tangan kiri yang mengalami patah.
Meskipun mengalami kesulitan, Márquez berhasil finis di posisi keenam dalam sesi Sprint. Sebuah pencapaian yang cukup baik mengingat ia start dari posisi ke-13 (akhirnya tidak lolos ke babak kualifikasi dan itu membuatnya tidak bisa bersaing untuk kemenangan). Pada balapan utama, ia sedikit merasa lebih baik dan itulah mengapa ia berhasil meningkatkan posisinya dari hari sebelumnya.
Namun, ujian sebenarnya terjadi pada hari Minggu. Pertama-tama, ia tersenggol oleh Brad Binder (pembalap KTM yang menghapus satu huruf dari baju Márquez dengan roda ban) di awal acara. Dan kemudian ia terlibat dalam insiden dengan Franco Morbidelli yang membuat pembalap asal Cervera itu kehilangan windscreen motornya.
Yang membuat Marc semakin terbakar adalah ketika ia berjuang untuk meraih posisi keempat dalam Grand Prix Jerman bersama pesaingnya dari Prima Pramac. Keduanya saling bersenggolan di tikungan pertama sirkuit Jerman. Morbidelli, yang memiliki darah Italia-Brasil, melebar dan Márquez mencoba memanfaatkan celah untuk menyerang, namun Morbidelli menghalangi upaya Márquez dengan gerakan yang tiba-tiba.
Tabrakan dengan pembalap asal Italia itu merusak windscreen GP23 milik Marc dan memicu kembang api pembalap Spanyol tersebut. Namun, jauh dari membuat juara delapan kali dunia itu terpuruk, insiden itu justru membuatnya semakin agresif. Inilah yang membuatnya berhasil finis di posisi kedua. “Saat saya bersenggolan dengan Morbidelli, saya merasa terpicu dan semangat saya menyala,” ujarnya setelah balapan.
Dari sudut pandang Morbidelli sendiri, ia membantah bahwa ia terlalu agresif dalam insiden dengan pembalap Gresini tersebut. “Saya melebar sedikit di tikungan 1 dan ketika saya kembali ke jalur, saya tidak melihat Marc, karena saat itu dia datang tepat ketika saya sedang melintasi tikungan. Márquez sangat pandai dalam situasi seperti itu. Kami bersentuhan, namun pada akhirnya tidak ada yang terjadi. Jadi semuanya berjalan dengan baik,” tegasnya.
Setelah memeriksa aksi kontroversial tersebut, para komisaris menilai bahwa tidak ada alasan untuk menghukum pembalap Prima Pramac. Mereka menganggapnya sebagai bagian dari perlombaan dan tidak ada sanksi yang diberikan kepada peraih gelar runner-up MotoGP 2020 bersama tim Petronas Yamaha.
Kisah dramatis Marc Márquez di sirkuit yang seharusnya membawa keberuntungan baginya mengingatkan kita bahwa dalam dunia balap, segalanya bisa terjadi. Meskipun mengalami cedera dan insiden yang tidak diinginkan, semangat juangnya tetap menyala dan ia berhasil menunjukkan performa yang luar biasa. Semoga Marc Márquez bisa pulih dengan cepat dan kembali bersaing di lintasan dengan kekuatan penuhnya.