Penurunan Jumlah Penonton MotoGP di Mandalika: Apa yang Terjadi?
MotoGP adalah salah satu ajang balap motor paling bergengsi di dunia, dan Indonesia, khususnya Sirkuit Mandalika, menjadi salah satu tuan rumahnya. Namun, berita terbaru mengenai jumlah penonton yang sangat minim di sirkuit ini menimbulkan keprihatinan. Pada akhir pekan lalu, dari Jumat (27/9/2024) hingga Sabtu (28/9/2024) pagi, tribune di Sirkuit Mandalika tampak sepi, dengan hanya sekitar 500 orang yang hadir di grandstand utama yang memiliki kapasitas 30.000 penonton. Hal ini menjadi sorotan, terutama bagi para penggemar MotoGP di Indonesia.
Kicauan Simon Patterson dan Keprihatinan Penonton
Kicauan jurnalis senior MotoGP, Simon Patterson, di media sosial menyoroti kondisi ini. Ia mengungkapkan keprihatinan terhadap situasi yang ada, menyebutnya sebagai kegagalan penyelenggaraan balapan di Lombok. Patterson menekankan bahwa banyak penggemar lokal yang tidak mampu membeli tiket dengan harga yang ditetapkan, yang mencapai 30 euro atau sekitar Rp507 ribu. Di tengah upah minimum bulanan di pulau tersebut yang hanya sekitar 150 euro (sekira Rp2,5 juta), harga tiket ini jelas menjadi beban bagi banyak orang.
“Ketika melihat situasi seperti ini, sepertinya fans Indonesia pantas mendapat lebih dari balapan,” tulisnya, sambil menunjukkan foto-foto kerumunan masyarakat saat parade pembalap MotoGP. Ini menunjukkan betapa tingginya antusiasme masyarakat, meskipun mereka tidak dapat menyaksikan balapan secara langsung.
Upaya Penyelenggara untuk Meningkatkan Jumlah Penonton
Penyelenggara, dalam hal ini Mandalika Grand Prix Association (MGPA) dan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), sebenarnya telah melakukan berbagai upaya untuk menarik penonton. Mereka meluncurkan program promosi dengan memberikan diskon tiket yang signifikan. Misalnya, harga tiket untuk Friday Pass ditawarkan mulai dari Rp1 hingga Rp75.000, serta potongan harga 30-50 persen untuk Weekend Pass khusus bagi nasabah Bank Mandiri.
Tak hanya itu, terdapat juga penawaran tiket khusus bagi penonton lokal Nusa Tenggara Barat, dengan harga mulai dari Rp245.000 untuk General Admission hingga Rp1.127.000 untuk Premium Grandstand. Namun, meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tampaknya itu belum cukup untuk menarik lebih banyak penonton ke sirkuit.
Masalah Akomodasi yang Membebani Penonton
Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh para penggemar MotoGP adalah lonjakan harga akomodasi selama acara berlangsung. Sudah menjadi rahasia umum bahwa ketika MotoGP diadakan di Mandalika, harga hotel bisa melonjak hingga tiga kali lipat. Praktik ini jelas menjadi kendala bagi banyak penggemar yang ingin menyaksikan balapan secara langsung.
Seorang jurnalis lokal berbagi pengalamannya ketika mencoba memesan akomodasi beberapa bulan lalu. Ia menemukan bahwa meskipun sudah menyanggupi harga yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, pihak penginapan malah menolak ketika ia berniat membayar kontan. Praktik semacam ini bisa jadi terjadi di berbagai tempat lainnya, yang hanya mengedepankan keuntungan tanpa mempertimbangkan kenyamanan pengunjung.
Tanggapan Pemerintah dan Penyelenggara
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, menyadari masalah ini dan berusaha mencari solusi. Ia mengusulkan untuk memberikan batas atas pada tarif hotel di ring pertama agar tidak memberatkan para pengunjung. Hal ini diharapkan dapat mengurangi beban biaya yang harus ditanggung oleh para penonton.
Sementara itu, Troy Reza Warokka, Chairman Pertamina Grand Prix of Indonesia, juga mengungkapkan bahwa penurunan penjualan tiket sangat terkait dengan tingginya harga akomodasi. Menurutnya, banyak penonton yang menunda pembelian tiket karena mereka khawatir dengan biaya akomodasi yang tinggi. Ia bahkan membandingkan biaya yang dikeluarkan untuk menonton di Sepang, Malaysia, dengan di Mandalika, yang membuat banyak turis domestik berpikir dua kali untuk hadir di acara tersebut.
Dampak Jangka Panjang dan Harapan untuk Masa Depan
Masalah ini harus segera diatasi oleh semua pihak yang terlibat, terutama menjelang tur Asia yang akan datang, yang mencakup Jepang, Indonesia, Australia, dan Malaysia. Dengan adanya beberapa opsi balapan di Asia, penggemar MotoGP di Indonesia mungkin akan lebih memilih untuk menyaksikan balapan di negara lain jika masalah harga tiket dan akomodasi tidak segera ditangani.
Gubernur Nusa Tenggara Barat dan kepala dinas setempat juga telah memberikan peringatan bahwa harga-harga tinggi ini perlu dikendalikan. Mereka menyadari bahwa NTB akan dirugikan jika harga tetap melambung tinggi, karena turis hanya akan datang sekali dan tidak mau kembali lagi.
Kesimpulan
Sebagai penggemar MotoGP di Indonesia, kita tentu berharap agar penyelenggaraan balapan di Mandalika dapat berjalan sukses dan menarik lebih banyak penonton. Namun, untuk mencapai hal tersebut, semua pihak—baik penyelenggara, pemerintah, maupun pemilik akomodasi—harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi para penggemar. Dengan harga tiket dan akomodasi yang lebih terjangkau, diharapkan lebih banyak orang dapat menikmati keseruan balapan MotoGP secara langsung di Sirkuit Mandalika. Mari kita dukung bersama agar MotoGP di Indonesia bisa menjadi acara yang lebih meriah dan berkesan di masa depan.