Francesco Bagnaia, pembalap Ducati, mengungkapkan bahwa peluangnya untuk meraih gelar MotoGP 2024 semakin tipis setelah mengalami kecelakaan di Sprint Race pada Grand Prix Malaysia. Dalam balapan tersebut, Pecco, sapaan akrabnya, berada di posisi kedua di belakang Jorge Martin dari tim Pramac ketika ia terjatuh di Tikungan 9 yang terkenal sulit dan menanjak. Kecelakaan ini membuatnya kehilangan poin penting di saat-saat krusial dalam kejuaraan.
Meskipun Bagnaia berhasil bangkit dan meraih kemenangan di balapan utama di Malaysia serta mencatatkan kemenangan ganda di seri penutup di Barcelona, semua itu tidak cukup untuk menutupi defisit 29 poin dari Martin, yang akhirnya dinobatkan sebagai juara dunia. Setelah meninggalkan Sepang, Bagnaia masih berharap untuk meraih gelar, namun harapannya sirna meski ia berhasil meraih dua kemenangan di MotoGP Barcelona.
“Setelah balapan sprint di Malaysia, saya sudah menerima kenyataan bahwa sangat sulit untuk memenangkan kejuaraan,” ungkapnya. “Mengatasi defisit 29 poin itu sangat menantang, tetapi saya berusaha melakukan yang terbaik dengan memenangkan semua balapan yang tersisa. Itu adalah hal maksimal yang bisa saya lakukan, tetapi Jorge melakukan pekerjaan yang lebih baik.”
Bagnaia mengakui bahwa dalam hal konsistensi, Martin tampil lebih baik. Ia mencatatkan sekitar 17 atau 18 kali finis di posisi kedua sepanjang musim, sebuah pencapaian luar biasa. Di sisi lain, Bagnaia harus menghadapi beberapa ketidakberuntungan yang mengganggu performanya.
“Saya juga melakukan beberapa kesalahan, jadi sulit membayangkan memenangkan gelar dengan delapan angka nol,” tambahnya. “Namun, kami berhasil mengumpulkan lebih banyak poin dibandingkan musim lalu meski mengalami delapan angka nol (498 poin dibandingkan 467). Kami melakukan pekerjaan yang sangat baik dan hampir mendominasi balapan dalam hal kemenangan, tetapi itu tidak cukup.”
Meskipun Bagnaia berhasil meraih 11 kemenangan grand prix sepanjang musim, menjadikannya salah satu pembalap terbaik dalam sejarah balap motor, kampanyenya juga diwarnai ketidakberuntungan dan kesalahan yang tidak disengaja. Misalnya, ia terjatuh saat memimpin Sprint Race di Grand Prix Catalan pada bulan Mei dan kehilangan kesempatan untuk naik podium di Grand Prix Emilia.
Kecelakaan di putaran terakhir di Sepang menjadi salah satu yang paling menyakitkan baginya, terutama karena kondisi kecelakaan dan dampaknya terhadap harapannya meraih gelar juara. “Kesalahan di Misano adalah salah satu yang terburuk karena saya seharusnya bisa finis ketiga,” katanya. “Namun, yang paling sulit diterima adalah kecelakaan di Malaysia, karena saya merasa tidak melakukan kesalahan apa pun. Saya memasuki tikungan lebih lambat, dan mungkin itulah penyebabnya.”
Dengan semua pengalaman dan pelajaran yang didapatkan dari musim ini, Bagnaia bertekad untuk belajar dan memperbaiki diri agar dapat bersaing lebih baik di musim depan. Bagi penggemar MotoGP di Indonesia, perjalanan Bagnaia di musim ini menjadi bukti bahwa setiap pembalap, meski sekelas juara, tetap harus menghadapi tantangan dan belajar dari setiap kesalahan. Mari kita nantikan bagaimana ia akan beraksi di musim 2024!