Jorge Martín, pembalap asal Spanyol yang kini menjadi juara MotoGP, mengungkapkan keyakinannya bahwa Ducati mungkin menyesali keputusan mereka untuk tidak merekrutnya. Keputusan tersebut diambil pada bulan Juni lalu, saat Ducati mempromosikan Marc Marquez ke tim pabrikan untuk dua musim ke depan. Langkah ini memicu berbagai reaksi, termasuk pengumuman perekrutan Martín oleh Aprilia setelah balapan di Mugello.
Lima bulan setelah keputusan itu, Martín berhasil meraih gelar juara MotoGP, dan ia percaya bahwa posisinya sebagai juara baru mungkin membuat Ducati merasa kehilangan. “Saat ini, saya yakin mereka sesali,” ungkap Martín dalam wawancara dengan televisi Spanyol. Ia menambahkan, “Merupakan sebuah kehormatan bisa memenangkan Kejuaraan Dunia dan ini adalah sesuatu yang akan selalu ada di dalam diri saya sepanjang hidup saya.”
Martín menegaskan bahwa meskipun ia sempat merasa ragu dan takut, pencapaiannya kali ini adalah hasil dari kerja keras dan pengorbanan yang besar. “Saya mencoba mengasimilasi semuanya sedikit demi sedikit, tapi saya sangat senang, sangat senang, menikmati momen ini dan orang-orang di sekitar saya,” ujarnya.
Sebagai mantan pembalap Pramac Racing, Martín mengakui bahwa memenangkan gelar juara dunia adalah impian yang selalu ia harapkan. “Ini adalah impian saya sejak kecil, saya selalu bermimpi menjadi juara MotoGP. Saya telah menjuarai Moto3, tapi saya merindukan gelar ini. Kini, saya bisa menempatkan nama saya di menara juara bersama nama-nama besar lainnya, itu sangat berarti bagi saya,” tambahnya.
Martín tidak ingin terjebak dalam pemikiran tentang pilihan yang ia miliki pada tahun 2023 dan kemungkinan menjadi juara dua kali. “Jika saya tidak menang, itu karena saya tidak harus memenangkannya. Saya belajar banyak dan berkat pengalaman itu, saya bisa menang tahun ini,” jelasnya.
Ia juga mengakui bahwa persaingan di MotoGP sangat ketat, dan rivalitas dengan pembalap seperti Francesco Bagnaia, Marc Marquez, dan Enea Bastianini membuatnya menjadi pembalap yang lebih baik. “Mereka bertiga telah membuat saya berusaha 100 persen. Ketika bukan salah satu dari mereka, maka yang lain bisa menang, dan saya selalu ada dalam pertarungan itu,” tuturnya.
Meskipun sempat mengalami penurunan mental setelah ditolak oleh Ducati, Martín merasa bersyukur karena pabrikan asal Italia tersebut tidak melakukan hal yang merugikan dirinya. “Saya merasa seperti ada 12 orang dalam tim saya melawan 200 atau 300, dan itu membuatnya lebih sulit,” ujarnya. Namun, ia tetap berterima kasih kepada Ducati atas kesempatan yang diberikan untuk bersaing hingga akhir musim.
Menjelang musim depan, Martín akan menjadi pemimpin tim pabrikan Aprilia. “Aprilia bukanlah pilihan pertama saya, saya ingin pergi ke tim resmi Ducati, tetapi itu tidak mungkin. Setelah itu, pilihan pertama saya adalah Aprilia, saya merasa di dalam hati bahwa itu adalah tempat di mana saya akan bahagia,” ungkapnya.
Martín menyadari bahwa banyak hal telah berubah antara bulan Juni dan saat ini. Ia kini adalah juara MotoGP, dan hal ini mungkin menggugah hati nurani Ducati. “Ketika semua ini diputuskan, saya belum menjadi juara. Namun, saya yakin mereka menyesalinya. Tapi, Anda harus bertanya kepada mereka. Pada akhirnya, saya menjaga diri saya sendiri, hidup membawa Anda ke tempat-tempat yang tidak Anda harapkan,” tutupnya.
Dengan pencapaian yang luar biasa ini, Jorge Martín tidak hanya membuktikan kemampuannya di lintasan, tetapi juga menunjukkan bahwa keputusan dalam dunia balap bisa membawa dampak yang besar. Bagi penggemar MotoGP di Indonesia, kisah perjalanan Martín menjadi inspirasi bahwa kerja keras dan ketekunan akan membuahkan hasil, meskipun jalan yang dilalui mungkin tidak selalu mulus.