Jorge Martín, pembalap muda berbakat asal Spanyol, baru-baru ini mengungkapkan pandangannya tentang Francesco Bagnaia, yang ia sebut sebagai salah satu pembalap terbaik dalam sejarah MotoGP. Dalam wawancara dengan Motorsport.com di Madrid, Martín berbagi pengalamannya selama musim yang penuh tekanan dan tantangan, menjelang peralihan kariernya dari Ducati ke Aprilia.
Musim ini menjadi sangat penting bagi Martín, bukan hanya karena persaingan ketat untuk meraih gelar juara, tetapi juga karena ia harus menghadapi tekanan dari banyak elemen. Ia bersaing dengan Bagnaia untuk merebut gelar, sekaligus berjuang melawan Marc Marquez untuk mendapatkan tempat di tim resmi Ducati. Dalam situasi ini, Martín menyadari bahwa ia perlu mengubah pendekatannya. Alih-alih mengandalkan kecepatan murni, ia mulai berfokus pada konsistensi, yang terbukti sangat efektif.
Salah satu hal menarik yang diungkapkan Martín adalah bagaimana ia belajar untuk lebih percaya pada diri sendiri. “Saya selalu merasa ragu dan negatif,” ujarnya. Namun, seiring berjalannya waktu, ia berhasil membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa ia mampu mencapai tujuannya. “Tahun ini, saya benar-benar percaya pada diri saya sendiri sebelum meraih gelar,” tambahnya. Transformasi ini sangat penting, terutama ketika ia harus menghadapi momen-momen sulit di lintasan.
Martín juga berbicara tentang pentingnya peran psikolog olahraga dalam kariernya. Ia mengakui bahwa banyak orang masih memandang penggunaan psikolog sebagai tanda kelemahan. Namun, ia berpendapat sebaliknya. “Menggunakan psikolog adalah bukti kekuatan, karena menunjukkan keinginan untuk berkembang,” jelasnya. Dengan bantuan psikolog, ia merasa lebih mampu mengatasi tekanan yang ada dan berkomunikasi lebih baik dengan timnya.
Selama tiga tahun terakhir, Martín mengalami perubahan signifikan dalam pendekatan balapnya. Ia beralih dari gaya balap yang agresif menjadi lebih konsisten. “Saya belajar untuk puas dengan posisi kedua jika itu berarti mengumpulkan poin,” katanya. Pendekatan ini membuahkan hasil, terbukti dari rekor poin yang ia raih dan gelar juara yang diraihnya, meskipun Bagnaia berhasil memenangkan 11 balapan.
Martín juga berbicara tentang bagaimana ia dapat menginterpretasikan format balapan dengan lebih baik dibandingkan pembalap lain. Ia menyadari pentingnya menjaga performa di setiap balapan, baik pada hari Sabtu maupun Minggu. “Banyak pembalap yang kehilangan poin karena hasil buruk di kualifikasi, sementara saya justru bisa menambah poin,” ungkapnya.
Meskipun telah meraih banyak prestasi, Martín tetap merasa bahwa ia masih memiliki banyak yang harus dibuktikan. “Saya masih muda, baru 26 tahun, dan ini baru permulaan bagi saya,” ujarnya. Ia berharap dapat dikenang bukan hanya karena gelar MotoGP, tetapi juga karena kontribusinya yang lebih besar dalam dunia balap. Ia mengakui bahwa Bagnaia adalah salah satu pembalap terbaik dalam sejarah, dan ia merasa bangga bisa bersaing dengannya.
Dengan semua pencapaian ini, Jorge Martín menunjukkan bahwa ia tidak hanya memiliki potensi besar, tetapi juga mentalitas yang kuat untuk terus berkembang dan bersaing di level tertinggi. Musim depan, dengan bergabungnya ia ke tim Aprilia, akan menjadi tantangan baru yang menarik untuk disaksikan. Siapa tahu, mungkin kita akan melihat lebih banyak lagi dari “Martinator” di lintasan MotoGP!