Akhir musim MotoGP 2024 memunculkan diskusi menarik seputar sistem penilaian yang digunakan dalam kejuaraan ini. Banyak penggemar dan analis yang mempertanyakan keadilan dari sistem poin saat seorang pembalap yang memenangkan 11 balapan, atau sekitar 55 persen dari total balapan, bisa saja kalah dalam perebutan gelar. Hal ini mengundang perhatian karena perhitungan poin yang agak rumit, terutama dengan adanya Sprint Race yang kini menjadi bagian dari format balapan.
Dalam dunia balap, tidak hanya kemenangan yang menentukan, tetapi juga konsistensi dan kemampuan menghindari kesalahan. Misalnya, pembalap asal Turin mengalami delapan kali gagal meraih poin, yang tentunya mempengaruhi posisinya di klasemen. Namun, ada juga fakta bahwa hasil dari Sprint Race lebih berpengaruh terhadap total poin dibandingkan balapan utama.
Mari kita lihat lebih dalam. Jika kita analisis secara matematis, kemenangan di Sprint Race memberikan poin yang lebih signifikan dibandingkan dengan balapan utama. Pada balapan hari Sabtu, pemenang akan mendapatkan tiga poin lebih banyak daripada posisi kedua, yang merupakan seperempat dari total 12 poin yang diperebutkan. Sementara itu, pada balapan hari Minggu, pemenang mendapatkan lima poin tambahan, namun itu hanya seperlima dari total 25 poin yang tersedia. Ini adalah angka yang patut dipertimbangkan ke depannya, mirip dengan apa yang dilakukan Formula 1 beberapa tahun lalu dengan mengubah sistem poin mereka.
Di acara akhir tahun Ducati, kesempatan ini dimanfaatkan untuk mendengarkan pendapat dari ‘Fantastic 4’, yaitu empat pembalap yang mendominasi musim ini dengan berbagi 19 dari 20 kemenangan balapan utama. Salah satu dari mereka, Francesco Bagnaia, yang meraih total 18 kemenangan antara GP dan Sprint, mengemukakan pendapatnya mengenai sistem penilaian saat ini.
Menurut Bagnaia, sistem poin yang ada sudah ada sejak sebelum diperkenalkannya Sprint Race, dan meskipun ada perubahan, pembalap harus beradaptasi dengan situasi ini. Ia mengusulkan agar ke depannya, ada penambahan bonus poin untuk pembalap yang memenangkan kedua balapan atau mencetak lap tercepat. “Kejuaraan selalu menghargai konsistensi, tetapi saya rasa kehadiran Sprint telah mengubah beberapa aspek,” ujar Bagnaia.
Sementara itu, juara bertahan Jorge Martin juga memberikan pandangannya. Ia menegaskan bahwa meskipun ada perbedaan dengan sistem poin di Formula 1, mereka harus terbiasa dengan cara yang ada saat ini. “Jika ada perubahan di masa depan, kita hanya perlu beradaptasi dan memahami bahwa kemenangan akan menghasilkan lebih banyak poin,” jelas Martin.
Enea Bastianini, rekan satu tim Bagnaia, lebih terbuka untuk berdiskusi tentang sistem poin, namun ia merasa saat ini sudah cukup baik. “Saya tidak pernah memperhatikan hal ini secara mendalam. Mungkin ada hal yang bisa kita bicarakan di masa depan, tetapi untuk saat ini, saya rasa sistem yang ada sudah memadai,” ungkap Bastianini.
Marc Marquez, yang dikenal sebagai salah satu pembalap terbaik di dunia, juga menyampaikan pendapatnya. Ia lebih memilih untuk membiarkan sistem saat ini berjalan. “Saya tidak memiliki masalah dengan sistem yang ada. Ini seimbang dan memungkinkan kejuaraan tetap terbuka hingga akhir. Jadi saya senang dengan kondisi saat ini,” kata Marquez.
Dengan adanya berbagai pendapat dari para pembalap ini, jelas bahwa diskusi mengenai sistem poin di MotoGP masih akan berlanjut. Setiap pembalap memiliki pandangan yang berbeda, namun mereka semua sepakat bahwa adaptasi dan konsistensi tetap menjadi kunci untuk meraih kesuksesan dalam kejuaraan ini.
Bagi penggemar MotoGP di Indonesia, perdebatan ini menjadi semakin menarik untuk diikuti, terutama menjelang musim baru yang akan datang. Bagaimana sistem poin akan beradaptasi dan apakah akan ada perubahan yang signifikan? Hanya waktu yang akan menjawab, tetapi satu hal yang pasti: MotoGP akan selalu menyuguhkan drama dan ketegangan yang tak terlupakan.