MotoGP 2024 semakin memanas dengan persaingan sengit antara dua pembalap utama: Jorge Martín dan Pecco Bagnaia. Hingga balapan terakhir musim ini, keduanya menjadi sorotan utama, dengan Martín berhasil meraih gelar juara setelah penampilan yang mengesankan bersama tim satelit Pramac Ducati. Di sisi lain, Bagnaia, yang membela tim pabrikan Ducati, harus berjuang keras untuk mempertahankan posisinya.
Dalam perjalanan balapan, banyak momen menegangkan terjadi antara Martín dan Bagnaia, dan ketegangan ini juga merembet ke garasi kedua tim. Salah satu momen paling dramatis terjadi pada putaran terakhir musim, setelah Sprint Race di MotoGP Thailand. Di balapan tersebut, Bagnaia kehilangan posisi terdepan dan hanya mampu finis di urutan ketiga, tepat di belakang Martín yang tampil agresif.
Keputusan Martín untuk mengambil risiko lebih besar dari Bagnaia di lap pertama Sprint Race menjadi sorotan. Tindakan berani ini memicu kontroversi terkait pelanggaran batas lintasan, namun pengarah balapan tidak mengambil tindakan apa pun. Akibatnya, Martín berhasil meraih posisi runner-up, sementara Bagnaia harus puas di posisi ketiga, yang membuatnya kehilangan poin penting dalam perebutan gelar.
Usai Sprint Race, Davide Tardozzi, manajer tim Ducati, memberikan kritik tajam kepada Bagnaia. Dalam sebuah film dokumenter Ducati, Tardozzi menekankan pentingnya keberanian dalam balapan. Ia mengatakan, “Pecco, hari ini Martín memiliki keberanian untuk menjatuhkan Anda. Dia sudah memutuskan untuk mengganggu Anda. Ia melakukan apa yang harus dilakukan. Itulah yang harus Anda lakukan besok. Anda tidak bisa selalu bersikap seperti seorang pria sejati.”
Tardozzi melanjutkan, “Ia (Martín) sudah mengincar Anda di tikungan pertama, sudah memutuskan untuk mengincar Anda. Tidak ada keraguan tentang itu. Jadi Anda harus berhenti bersikap seperti seorang pria, karena mereka akan menghancurkan Anda.”
Meskipun Bagnaia keluar dari Thailand dengan tambahan tiga poin, itu tidak cukup untuk merebut kembali posisi puncak dari Martín. Pada seri penutup di MotoGP Solidaritas Barcelona, Bagnaia terpaksa membalap dengan “kalkulator” di tangan, berusaha memastikan gelar juara. Akhirnya, Martín berhasil meraih gelar dengan total 508 poin, unggul 10 poin dari Bagnaia yang mengumpulkan 498 poin.
Persaingan antara Martín dan Bagnaia menunjukkan betapa ketatnya balapan di kelas MotoGP saat ini. Tardozzi menekankan bahwa untuk bisa bersaing di level tertinggi, seorang pembalap harus memiliki keberanian dan tidak takut mengambil risiko. Dengan musim yang semakin mendekati akhir, semua mata kini tertuju pada bagaimana kedua pembalap ini akan menghadapi tantangan di balapan-balapan mendatang.
Bagi penggemar MotoGP di Indonesia, momen-momen seperti ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri. Dengan atmosfer yang penuh ketegangan dan drama di lintasan, setiap balapan menjadi sebuah cerita yang dinanti-nanti. Mari kita saksikan bagaimana persaingan ini akan berlanjut dan siapa yang akan keluar sebagai juara di akhir musim.