Tahun 2024 seharusnya menjadi tahun kebangkitan bagi Honda di ajang MotoGP. Namun, kenyataannya pabrikan asal Jepang ini masih terjebak dalam perjuangan yang panjang. Sejak cedera yang dialami Marc Marquez di Jerez pada tahun 2020, Honda seolah memasuki fase krisis yang belum juga teratasi. Data menunjukkan bahwa Joan Mir dan Luca Marini hanya mampu finis di urutan ke-21 dan ke-22 di Kejuaraan Dunia, yang membuat Honda Racing Corporation (HRC) terpuruk di posisi terakhir klasemen tim dengan hanya mengumpulkan 35 poin.
Angka tersebut bahkan kurang dari setengah poin yang diperoleh tim satelit yang dipimpin oleh Lucio Cecchinello, yang memiliki Johann Zarco sebagai andalan. Zarco berhasil mengumpulkan 55 poin, sementara Takaaki Nakagami, juga dari tim LCR, mengoleksi 31 poin. Ironisnya, meski performa kedua pembalap LCR lebih baik, Honda tetap terjebak di posisi bawah klasemen konstruktor. Yang lebih mencolok, mereka belum berhasil meraih podium, sesuatu yang biasanya bisa mereka capai bahkan di musim-musim yang sulit sebelumnya.
Menanggapi hasil yang mengecewakan ini, Alberto Puig, bos tim pabrikan, mengakui bahwa situasi tidak berjalan sesuai harapan. Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa semangat untuk bangkit dan kembali ke puncak tetap ada. “Jelas, ini tidak mudah. Hasilnya tidak seperti yang kami harapkan. Pada paruh pertama musim, kami mencoba banyak solusi, dan pada paruh kedua, kami mulai mendapatkan gambaran tentang apa yang berhasil dan tidak,” ujar Puig dalam wawancara dengan MotoGP.com.
Puig melanjutkan, “Kami telah melakukan perbaikan, meski tidak sebanyak yang kami inginkan. Namun, kami terus mencari cara terbaik untuk mempersiapkan motor tahun depan. Meskipun hasil yang kami cari belum tercapai, dari sudut pandang teknis, kami semakin memahami arah yang harus diambil. Ini sangat penting.”
Meskipun perbaikan mungkin memakan waktu, Puig menekankan bahwa keinginan untuk kembali ke puncak tetap hidup. “Satu hal yang tidak pernah hilang dari kami adalah keinginan untuk kembali ke puncak. Keinginan ini mendorong kami untuk terus maju, meskipun kami jelas tertinggal, dan itu adalah fakta,” tambahnya.
Menjelang tahun depan, Honda telah melakukan beberapa perubahan signifikan. Salah satunya adalah kedatangan Romano Albesiano dari Aprilia sebagai direktur teknis baru, serta perekrutan pembalap veteran Aleix Espargaro sebagai pembalap penguji untuk memimpin pengembangan. Di samping dua motor resmi RC213V, yang kini tidak lagi bermerek Repsol setelah 30 tahun, Honda akan tetap mengandalkan pasangan Mir dan Marini.
Puig tetap optimis terhadap kemampuan kedua pembalap tersebut. “Joan adalah mantan juara dunia MotoGP, jadi situasi saat ini tentu tidak nyaman baginya. Motornya tidak berada di level kompetitif. Ia berusaha keras, meski mengalami beberapa jatuh. Namun, ketika Anda seorang juara, Anda pasti ingin mendapatkan hasil terbaik. Semoga ia bisa menjaga motivasinya tetap tinggi meski dalam situasi sulit,” ungkap Puig.
Tentang Luca Marini, Puig menambahkan, “Ia sangat analitis dan bekerja tanpa henti. Ia mencintai pekerjaannya dan selalu berusaha memberikan informasi yang berguna. Dari segi karakter, ia adalah sosok yang baik, sopan, dan penuh rasa hormat.”
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, Honda tetap berkomitmen untuk bangkit dan bersaing di MotoGP. Semoga dengan perubahan yang dilakukan dan semangat yang tidak padam, mereka bisa segera menemukan kembali performa terbaiknya di ajang balap paling bergengsi ini. Bagi para penggemar MotoGP di Indonesia, tentu kita semua berharap untuk melihat Honda kembali berjuang di papan atas dan meraih kesuksesan yang layak mereka dapatkan.