Aleix Espargaro, pembalap veteran asal Spanyol, mengumumkan bahwa ia akan pensiun dari karier balap penuh waktu dan beralih menjadi test rider untuk tim Honda. Peran barunya ini diharapkan dapat membantu Honda keluar dari masa sulit yang mereka alami. Selain itu, Espargaro juga akan terlibat dalam balap sepeda profesional di tim Lidl-Trek, sebuah olahraga yang juga sangat ia cintai.
Meskipun Espargaro akan tetap terlibat di dunia motor, kepergiannya dari lintasan balap MotoGP akan menjadi kehilangan besar bagi kejuaraan. Ia dikenal sebagai salah satu pembalap paling berpengalaman di grid, serta sosok yang selalu jujur dalam mengungkapkan pendapatnya. Keberaniannya dalam berbicara sering kali membuatnya menjadi sorotan, baik pujian maupun kritik.
Dalam film dokumenter terbaru DAZN berjudul ‘EspargaBros’, Aleix dan adiknya, Pol Espargaro, mengenang perjalanan karier mereka di MotoGP. Dalam kesempatan ini, Aleix merefleksikan pencapaian dan perjalanan hidupnya di dunia balap. Ia mengungkapkan kebanggaannya atas kejujuran dan ketidakmunafikannya sepanjang kariernya.
“Saya bangga karena saya tidak memiliki kemunafikan. Saya selalu jujur terhadap diri saya sendiri, baik dalam hal positif maupun negatif. Saya memang dikenal temperamental,” ungkap Espargaro, yang mengenakan nomor 41 di motornya.
Ia melanjutkan, “Saya mungkin sedikit lebih berdarah panas. Ada momen-momen sulit yang sulit untuk dikelola, dan itu adalah salah satu pekerjaan rumah saya yang belum selesai. Terkadang, kemarahan saya justru berdampak pada orang-orang terdekat saya.”
Selama kariernya, Espargaro juga bertemu dengan banyak bintang MotoGP. Idola pertamanya adalah Valentino Rossi. Namun, ia percaya bahwa Marc Marquez adalah pembalap paling berbakat dalam sejarah MotoGP. Menariknya, pada awal kariernya, Espargaro mengaku tidak tahan melihat Marquez karena persaingannya dengan Pol di kelas Moto2.
“Saat saya kecil, Valentino Rossi adalah idola saya. Saya lebih tua dari Marc Marquez, jadi bisa balapan bersama Valentino adalah hal yang luar biasa bagi saya. Dengan Marc, kami pernah bertukar helm, dan saya mengatakan kepadanya bahwa saya telah berjuang dan mengejarnya sepanjang karier saya. Menurut saya, tidak ada pembalap yang lebih berbakat dari dia di seluruh kejuaraan,” jelasnya.
Di usia 35 tahun, Espargaro juga membahas tentang bakatnya dibandingkan dengan pembalap muda seperti Francesco Bagnaia dan Jorge Martin. Ia menegaskan bahwa meskipun tidak memiliki bakat alami seperti mereka, ia tetap percaya pada kemampuannya.
“Saya tidak memiliki bakat seperti para pembalap yang bersaing untuk gelar juara dunia. Namun, jika saya bisa memenangkan balapan dengan Aprilia dan memiliki rekor yang baik di banyak lintasan, itu adalah pencapaian tersendiri,” katanya.
Espargaro juga mengomentari potensi Jorge Martin untuk menjadi juara. “Saya tidak mengatakan bahwa dia akan menjadi juara di 2025, tetapi saya percaya Aprilia sedang melakukan pekerjaan yang baik,” tuturnya.
Dengan pensiunnya Espargaro dari balap penuh waktu, dunia MotoGP akan kehilangan sosok yang tidak hanya berbakat, tetapi juga berani dan jujur. Perjalanan kariernya yang penuh warna dan refleksi yang ia bagikan akan selalu dikenang oleh penggemar dan rekan-rekannya di dunia balap.