Dalam tiga hari pengujian yang berlangsung di Malaysia, para pembalap Ducati, termasuk Marc Marquez dan Pecco Bagnaia, enggan memberikan jawaban tegas mengenai spesifikasi mesin yang akan digunakan pada Desmosedici GP25. Mereka tampaknya memilih untuk menjaga rahasia, meninggalkan Sepang dengan peta mesin yang tertutup rapat. Namun, dari pernyataan yang muncul di hari terakhir pengujian, terlihat jelas bahwa Ducati mengambil langkah yang lebih konservatif dengan menggunakan mesin yang telah terbukti sukses di musim 2024, di mana mereka meraih 16 kemenangan dari 20 balapan.
Tak ada pabrikan yang ingin mengakui bahwa mesin lama mereka lebih unggul daripada yang baru. Hal ini seolah menjadi pengakuan bahwa upaya yang dilakukan dalam beberapa bulan terakhir belum membuahkan hasil. Namun, Ducati tampaknya melakukan hal ini, meski dengan nada hati-hati, mengingat keunggulan yang diraih oleh mesin sebelumnya.
Ada dua faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam keputusan ini. Pertama, jadwal pramusim tahun ini jauh lebih padat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, ada jeda dua minggu antara sesi latihan pertama dan kedua, tetapi kali ini hanya ada empat hari sebelum motor kembali turun ke lintasan di Buriram. Kondisi ini memberikan waktu yang terbatas bagi para insinyur untuk kembali ke pabrik dan melakukan perbaikan atau pengembangan pada mesin.
Dari informasi yang diperoleh, keputusan mengenai format pramusim ini diambil melalui pemungutan suara mayoritas oleh para pabrikan, meskipun Ducati memilih untuk mempertahankan jeda dua minggu tradisional antara Sepang dan Thailand. Selain itu, peraturan baru menyatakan bahwa pabrikan yang tidak mendapatkan konsesi harus melakukan homologasi mesin mereka di Qatar, dengan pembekuan mesin yang diperpanjang hingga akhir kejuaraan 2026.
Manajer tim Ducati, Davide Tardozzi, mengungkapkan, “Kami akan mengembangkan motor 2024, dan kami tidak akan menggunakan motor 2025 secara penuh. Mesin adalah salah satu hal yang masih harus kami putuskan. Kami ingin bersikap konservatif karena kali ini ada pembekuan mesin selama dua tahun. Kami masih perlu melakukan beberapa perbaikan kecil, tetapi indikasi yang kami miliki membawa kami ke mesin 2024.” Tardozzi juga mengakui tantangan dalam mengembangkan prototipe yang hampir sempurna seperti GP24, yang menunjukkan betapa sulitnya menciptakan motor dengan performa tinggi.
Dengan keputusan ini, Ducati tampaknya ingin memastikan bahwa mereka tetap kompetitif di musim mendatang, dengan memanfaatkan pengalaman dan keunggulan dari mesin yang sudah terbukti. Penggemar MotoGP di Indonesia tentu menantikan bagaimana strategi ini akan berpengaruh pada performa Ducati di lintasan balap.